devcoN's Blog

Bienvenue!

Cerita Rakyat Aji Saka

November 25, 2018

Legenda Aji Saka, Cerita Rakyat Jawa Tengah

Legenda Aji Saka, Cerita Rakyat Jawa Tengah

Menurut cerita rakyat daerah Jawa Tengah, Aji Saka adalah seorang pemuda tampan
lagi sakti pembela rakyat jelata dari kekejaman Raja Dewata Cengkar nan bengis.
Alkisah di Jawa Tengah ada sebuah kerajaan bernama Medang Kemulan. Kerajaan Medang
Kemulan dipimpin seorang raja bernama Dewata Cengkar. Raja Dewata Cengkar
dikenal sebagai raja kejam. Ia juga gemar memakan daging manusia. Setiap hari sang
raja kejam memerintahkan patihnya yang bernama Jugul Muda mencari manusia untuk
ia dimakan. Rakyat sangat takut terhadap Raja Dewata Cengkar. Mereka akan langsung
lari bersembunyi jika bertemu Patih Jugul Muda.



Alkisah, hidup seorang pemuda bernama Aji Saka tinggal di sebuah desa bernama
Medang Kawit. Sehari-hari ia ditemani oleh pengawalnya, Dora & Sembada.
Berita kekejaman Raja Dewata Cengkar telah sampai ke telinganya. Ia berencana akan
pergi ke Medang Kemulan untuk membantu rakyat jelata.

Maka berangkatlah sang pemuda sakti ke Kerajaan Medang Kemulan, ditemani oleh
dua pengawalnya, Dora & Sembada. Ketika sampai di Pegunungan Kendeng, Aji Saka
menyuruh salah satu pengawalnya, Sembada, untuk tinggal disana sembari menjaga keris
pusakanya.

“Sembada, kau tinggalah disini menjaga keris pusakaku. Jangan serahkan keris tersebut
pada siapapun. Nanti aku akan mengambil keris tersebut. Aku beserta Dora akan
melanjutkan perjalanan ke Medang Kemulan.” ia berkata pada Sembada.

“Baik, aku akan menjaga keris milik paduka. Aku berjanji tak akan menyerahkannya
kepada siapapun selain paduka.” jawab Sembada.

Aji Saka Berhasil Membunuh Raja Dewata Cengkar

Saat melanjutkan perjalanan bersama Dora, tanpa sengaja mereka bertemu Patih Jugul
Muda. Mereka berdua melihat Patih Jugul Muda nampak tengah kebingungan. Rupanya
si patih belum berhasil mendapatkan manusia untuk diserahkan pada Raja Dewata
Cengkar. Setelah bercakap-cakap sebentar, Aji Saka kemudian menawarkan dirinya untuk
diserahkan pada Raja Dewata Cengkar. Mendengar permintaan itu, Jugul Muda
kegirangan. Mereka segera berangkat ke istana Medang Kemulan.

Sesampainya di istana mereka segera menghadap Dewata Cengkar. Aji Saka
meminta sebuah permohonan sebelum Raja memakannya. Yaitu, ia meminta agar
Raja Dewata Cengkar memberinya tanah seluas sorbannya. Raja bengis langsung
menyetujuinya.

“Apa permintaannmu sebelum aku mangsa?” tanya Dewata Cengkar sambil tertawa
terbahak-bahak.

“Yang Mulia, aku hanya meminta tanah seluas sorbanku.” jawab Aji Saka.

Dewata Cengkar langsung menyanggupinya. Segera saja Aji Saka menggelar surbannya.
Anehnya. Surban miliknya terus meluas dan meluas hingga menutupi seluruh Medang
Kemulan. Dewata Cengkar sangat marah karena merasa telah ditantang.

“Kurang ajar kau anak muda! Ternyata kau ingin menantangku.” Raja Dewata Cengkar
segera menyerangnya. Namun surban yang sudah meluas, menutupi tubuh Dewata
Cengkar dan menggulungnya hingga hilang di pantai selatan yang berombak besar.
Dewata Cengkar pun tewas seketika.

Kabar kematian Raja bengis Dewata Cengkar tersebar luas. Seluruh rakyat Medang
Kemulan sangat bergembira. Rakyat Medang Kemulan kemudian mengangkat Aji Saka
menjadi Raja. Aji Saka kini memerintah Kerajaan Medang Kemulan dengan arif bijaksana.

Pertarungan Dora Dan Sembada

Setelah menjadi raja, Aji Saka kemudian teringat kerisnya yang ia titipkan pada Sembada di Pegunungan Kendeng. Ia kemudian menyuruh pengawalnya Dora untuk mengambil keris pusakanya yang dipegang Dora.

Dora segera pergi ke Pegunungan Kendeng untuk mengambil keris pusaka milik Raja.
Sesampainya di Pegunungan Kendeng, Dora bertemu Sembada. Mereka berdua saling
melepas rindu. Dora menceritakan bahwa Aji Saka telah menjadi raja Medang Kemulan.
Sembada merasa senang mendengarnya. Dora kemudian mengatakan bahwa maksud
kedatangannya adalah untuk mengambil keris pusaka milik tuan mereka. Tapi Sembada
menolaknya karena Aji Saka berpesan bahwa yang boleh mengambil keris pusaka adalah
beliau sendiri. Mereka berdua akhirnya berkelahi memperebutkan keris pusaka.
Pertarungan berlangsung sengit karena keduanya sama-sama sakti mandraguna.
Akhirnya mereka berdua meninggal karena bertarung.

Di Medang Kemulan, Raja Aji Saka gelisah menunggu kedatangan Dora. Ia teringat
pernah berpesan pada Sembada agar tidak menyerahkan keris pusakanya pada siapapun
kecuali pada dirinya. Karena kuatir terjadi hal-hal yang tidak diinginkan, Aji Saka segera
menyusul ke Pegunungan Kendeng. Namun terlambat, sesampainya disana, ia
menemukan dua jasad pengawalnya, Dora & Sembada, terbujur kaku. Aji Saka
merasa bersalah dan sangat sedih. Untuk menghormati kesetiaan kedua pegawalnya,
ia kemudian menciptakan aksara jawa yang menceritakan kesetiaan dan pertarungan
dua pengawalnya.

Penginderaan Jauh

November 24, 2018

Penginderaan Jauh

Image result for materi geografi penginderaan jauh


A. Pengertian Pengindraan Jauh (Indraja)
Pengindraan jauh sering disingkat indraja. Menurut Lillesand dan Keifer, indraja adalah ilmu atau teknik dan seni untuk mendapatkan informasi tentang objek / wilayah / gejala dengan cara menganalisis data yang diperoleh dari suatu alat tanpa berhubungan langsung dengan objek/ wilayah / gejala yang sedang dikaji.

B. Komponen Indraja

Komponen-komponen dalam indraja merupakan serangkaian objek yang saling berkaitan dan bekerja sama secara terkoordinasi untuk melakukan pengindraan.
Rangkaian dalam komponen indraja meliputi sumber tenaga, atmosfer, objek, sensor, wahana, perolehan data, dan pengguna data.
  1. Sumber Tenaga
Sumber tenaga dalam proses indraja terdiri atas tenaga alamiah dan tenaga buatan. Tenaga alamiah adalah sinar matahari, sedangkan tenaga buatan adalah berupa gelombang mikro (dari baterai / blitz dll). Fungsi tenaga tersebut adalah menyinari objek permukaan bumi dan memantulkannya pada sensor.
  1. Atmosfer
Molekul-molekul gas yang terdapat di dalam atmosfer tersebut dapat menyerap, memantulkan, dan melewatkan radiasi elektromagnetik. Oleh karena itu, di dalam indraja terdapat istilah jendela atmosfer, yaitu bagian spectrum gelombang elektromagnetik yang dapat mencapai bumi. Dengan demikian keadaan atmosfer sangat berpengaruh terhadap pancaran energi. Keadaan atmosfer dapat menghalangi pancaran sumber tenaga ke muka bumi. Kondisi tersebut berarti menghalangi pula interaksi antara tenaga dan objek.
  1. Interaksi Antara Tenaga dan Objek
Interaksi antara tenaga dan objek dapat terlihat pada ronayang dihasilkan. Tiap-tiap objek memiliki karakteristik yang berbeda-beda dalam memantulkan atau memancarkan tenaga ke sensor. Objek yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat cerah pada citra, sedangkan objek yang daya pantulnya rendah akan terlihat gelap pada citra. Contohnya, batu gamping yang mempunyai daya pantul tinggi akan terlihat lebih cerah daripada batu granit yang mempunyai daya pantul rendah.
  1. Sensor
a. Sensor
Sensor merupakan alat pemantau yang dipasang pada wahana, baik pesawat maupun satelit. Berdasarkan proses perekamannya, sensor dapat dibedakan menjadi dua, yaitu sensor fotografik dan sensor elektronik.
1) Sensor fotografik merekam objek melalui proses kimiawi yang dapat dipasang pada pesawat udara maupun satelit (menggunakan negatif film). Sensor fotografik itu menghasilkan foto. Sensor fotografik yang dipasang pada pesawat udara menghasilkan citra foto (foto udara), sedangkan jika dipasang pada satelit menghasilkan citra satelit (foto satelit).
2) Sensor elektronik merupakan sensor yang bekerja secara elektrik dalam bentuk sinyal. Sinyal elektrik yang direkam pada pita magnetic selanjutnya dapat diproses menjadi data visual atau digital dengan menggunakan computer. Sensor elektronik itu menghasilkan citra indraja (lebih dikenal dengan sebutan citra).
  1. Wahana
Wahana adalah kendaraan yang digunakan untuk membawa sensor guna mendapatkan data indraja. Berdasarkan ketinggian peredaran dan tempat pemantulannya di angkasa, wahana dapat di bedakan menjadi tiga kelompok, yaitu sebagai berikut.
1) Pesawat terbang rendah sampai menengah, yaitu pesawat yang ketinggian pendaratannya antara 1.000 m dan 9.000 m di atas permukaan bumi.
2) Pesawat terbang tinggi, yaitu pesawat yang ketinggian peredarannya lebih dari 18.000 m di atas permukaan bumi.
3) Satelit, yaitu wahana dengan 900 km di atas permukaan bumi.
  1. Perolehan Data (citra)
Data indraja diperoleh dengan cara manual atau dengan cara numeric (digital). Secara manual dan diperoleh melalui interpretasi citra. Guna melakukan interpretasi citra secara manual diperlukan alat Bantu yang dinamakan steroskop. Steroskop dapat digunakan dengan menggunakan computer.
  1. Pengguna Data
Pengguna data merupakan komponen yang penting dalam sistim indraja, yaitu orang atau lembaga yang memanfaatkan informasi hasil indraja. Jika tidak ada pengguna, data indraja tidak ada manfaatnya. Data indraja sangat bermanfaat untuk memperoleh data special yang dapat digunakan dalam berbagai bidang. Oleh karena itu, kerincian, keandalan dan kesesuaiannya terhadap kebutuhan pengguna sangat menentukan diterima atau tidaknya data hasil indraja oleh pengguna.

C. Citra

Citra merupakan gambaran yang terekam oleh kamera atau sensor. Data indraja juga berupa data visual yang pada umumnya dianalisis secara manual.
Data visual dibedakan menjadi dua, yaitu data citra dan data noncitra. Data citra dalah berupa gambaran yang mirip dengan wujud aslinya atau minimal berupa gambaran planimetri. Data noncitra pada umumnya berupa garis atau grafik.
Citra indraja adalah gambaran suatu gejala atau objek sebagai hasil rekaman dari sebuah sensor, baik dengan cara optic, elekrooptik, maupun elektronik. Citra dibedakan menjadi dua, yaitu citra foto (photographic image) atau foto udara dan citra nonfoto (nonphotographic image)
1. Citra Foto
Citra foto adalah gambaran suatu gejala di permukaan bumi sebagai hasil pemotretan dengan menggunakan kamera. Guna melakukan pemeotretan, kamera tersebut dipasang pada wahana tertentu, contohnya layang - layang, balon udara, atau pesawat terbang. Hasil pemotreran yang menggunakan wahana-wahana itu di sebut foto udara, sedangkan apabila wahana yang digunakan adalah satelit hasilnya disebut foto satelit.
Citra foto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, posisi sumbu kamera, sudut liputan kamera, jenis kamera, wahana yang digunakan, dan system wahananya.
a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spectrum elektromagnetik yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 5 jenis, yaitu sebagai berikut.
1) Citra foto ultraviolet, yaitu foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum ultraviolet.
2) Citra foto ortokromatik, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna biru hingga sebagian warna hijau.
3) Citra foto pankromatik, yaitu citra foto yang dibuat demgan menggunakan seluruh spektrum tampak.
4) Citra inframerah asli, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spektrum inframerah.
5) Citra foto inframerah modifikasi, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan spectrum tampak dari warna merah dan sebagian warna hijau.
Dari kelima jenis citra foto tersebut yang paling banyak penggunaannya dalam indraja sistim fotografi adalah citra foto panakromatik.
b. Posisi Sumbu Kamera
Berdasarkan posisi sumbu kamera terhadap permukaan bumi citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto vertical dan citra foto condong.
1) Citra foto vertikal, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera tegak lurus terhadap permukaan bumi. kemiringan sumbu kamera sebesar 10 - 40
2) Citra foto condong, yaitu citra foto yang dibuat dengan posisi sumbu kamera miring, umumnya membentuk sudut sebesar 100 atau lebih. Citra foto condong dibedakan menjadi dua jenis, yaitu sebagai berikut.
a) Citra foto agak condong, yaitu apabila cakrawala tidak tergambar pada citra foto
b) Citra foto sangat condong, yaitu apabila cakrawala tergambar tergambar pada citra foto.
c. Sudut Liputan Kamera
Berdasarkan sudut liputan kamera, citra foto dibedakan menjadi 4 jenis, yaitu sudut kecil, sudut normal, sudut lebar, dan sudut sangat lebar.
Table, Jenis Citra Foto Berdasarkan Sudut Liputan
Jenis Kamera
Sudut Liputan
Jenis Foto
Sudut kecil
(narrow angle)
<>0
Sudut kecil
Sudut normal
(normal angle)
600 – 750
Sudut normal/ sudut standar
Sudut lebar
(wide angle)
750 – 1000
Sudut lebar
Sudut sangat lebar
(super-wide angle)
> 1000
Sudut sangat lebar
d. Jenis Kamera
Berdasarkan kamera yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi dua jenis, yaitu citra foto tunggal dan citra foto jamak.
1) Citra foto tunggal, yaitu citra foto yang dibuat dengan kamera tunggal. Oleh karena itu, setiap objek hanya tergambar dalam satu lembar foto.
2) Citra foto jamak, yaitu citra foto yang dibuat pada saat yang sama dan menggambarkan objek liputan yang sama. Foto jamak dibuat dengan 3 cara, yaitu sebagai berikut.
a) Multikamera, yaitu menggunakan beberapa kamera yang masing-masing diarahkan ke satu objek.
b) Kamera multilensa, yaitu satu kamera dengan beberapa lensa.
c) Kamera tunggal berlensa tunggal dengan pengurai warna.
e. Warna yang Digunakan
Berdasarkan warna yang digunakan, citra foto berwarna dibedakan menjadi 2, yaitu citra foto warna asli (true color) dan citra foto warna semua (false color).
f. Sistem Wahana
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra foto dibedakan menjadi 2 jenis, yaitu citra foto udara dan citra foto satelit.
1) Citra foto udara, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di udara, contohnya laying-layang, balon udara, dan pesawat terbang.
2) Citra foto satelit, yaitu citra foto yang dibuat dengan menggunakan wahana yang bergerak di ruang angkasa, umumnya satelit.
2. Citra Nonfoto
Citra nonfoto adalah gambar atau citra tentang suatu objek yang dihasilkan oleh sensor bukan kamera dengan cara memindai (scanning). Citra nonfoto dibedakan atas dasar spectrum elektromagnetik yang digunakan, sensor yang digunakan, dan wahana yang digunakan.
a. Spektrum Elektromagnetik yang Digunakan
Berdasarkan spektrum elektromagnetik yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu citra inframerahtermal, citra radar, dan citra gelombang mikro.
1) Citra inframerah termal, yaitu citra yang dibuat dengan menggunkan spectrum inframerah termal.
2) Citra radar, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro dan sumber tenaga buatan.
3) Citra gelombang mikro, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan spectrum gelombang mikro.
b. Sensor yang Digunakan
Berdasarkan sensor yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra tunggal dan citra multispektral.
1) Citra tungal, yaitu citra yang dibuat dengan dengan menggunakan sensor tunggal.
2) Citra multipektral, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan sensor saluran jamak.
c. Wahana yang Digunakan
Berdasarkan wahana yang digunakan, citra nonfoto dibedakan menjadi 2, yaitu citra dirgantara dan citra satelit.
1) Citra dirgantara, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di udara atau dirgantara
2) Citra satelit, yaitu citra yang dibuat dengan menggunakan wahana yang beroperasi di antariksa.
Tabel. PERBEDAAN CITRA FOTO DENGAN CITRA NONFOTO
No
Variabel Pembeda
Jenis Citra
Citra Foto
Citra Nonfoto
1
Sensor
Kamera
Nomkamera, atas dasar pemindaian (scaning).
Kamera yang detektornya bukan film
2
Detektor
Film
Pita magnetic, termistor, foto konduktif, foto voltaic, dan sebagainya
3
Proses perekaman
Fotografi/kimiawi
Elektronik
4
Mekanisme Perekaman
Serentak
Parsial
5
Spektrum Elektromagnetik
Tampak dan Perluasannya
Tampak dan perluasannya, termal, serta gelombang mikro.

D. Interpretasi Citra

Interpretasi citra adalah kegiatan menafsir, mengkaji, mengidentifikasi, dan mengenali objek pada citra, selanjutnya menilai arti penting dari objek tersebut. Di dalam interpretasi citra terdapat 2 kegiatan utama, yaitu pengenalan benda (objek) dan pemanfaatan informasi.
Langkah-langkah yang umum dilakukan untuk memperoleh data indraja adalah mendeteksi, mengidentifikasi, dan menganalisis objek pada citra sehingga dapat bermanfaat bagi berbagai bidang.
1. Unsur Interpretasi Citra
Pengenalan terhadap objek merupakan bagian penting dalam interpretasi citra. Oleh karena itu, tanpa mengenal identitas dan jenis objek yang tergambar pada citra tidak mungkin dapat melakukan analisis terhadap citra guna pemecahan suatu masalah. Prinsip pengenalan objek pada citra didasarkan atas penyelidikan karakteristik objek tersebut yang ada pada citra. Berbagai karakteristik untuk mengenali objek pada citra disebut unsure interpretasi citra.
Tanpa 8 unsur atau karakteristik interpretasi citra yang secara berurut atau bertingkat (hirarki), yaitu rona dan warna, bentuk, ukuran, tektur, pola, bayangan, sertaasosiasi.
a. Rona dan Warna
Rona adalah tingkat kecerahan atau kegelapan suatu objek yang terdapat pada citra. Rona suatu objek sangat dipengaruhi oleh cuaca, arah datang sinar Matahari, dan waktu pemotretan. Oleh karena itu, rona berbeda sesuai sifat pantulan benda (objek). Pada citra hitam putih tingkat kegelapan dari hitam ke putih atau sebaliknya, sedangkan pada citra berwarna ada tingkat kegelapan pada setiap warna.
b. Bentuk
Bentuk mencerminkan konfigurasi atau kerangka objek, baik bentuk umum (shape) maupun bentuk rinci (form) untuk mempermudah pengenalan benda. Contoh pengenalan bentuk objek yang terdapat pada foto adalah sebagai berikut.
1) Stadion olah raga pada umumnya berbentuk lingkaran atau pesegi panjang.
2) Bangunan sekolah pada umumnya terlihat berbentuk seperti huruf I, U, L, atau persegi panjang.
c. Ukuran
Termasuk dalam unsur ukuran adalah jarak, luas, volume, ketinggian tempat, dan kemiringan. Ukuran dapat mencirikan objek sehingga menjadi pembeda dengan objek sejenis yang lain. Contohnya, ukuran rumah pemukiman berbeda dengan kantor atau daerah industri. Ukuran objek yang ada pada foto udara dpat diketahui dengan membandingkan skala foto udara.
d. Tekstur
Tekstur adalah frekuensi perubahan atau pengulangan rona pada citra. Tekstur dibedakan menjadi tiga tingkatan, yaitu halus, sedang, dan kasar. Contohnya, hutan bertekstur kasar, belukar bertekstur sedang, sedangkan semak-semak bertekstur halus.
e. Pola
Pola adalah kecenderungan bentuk suatu objek, misalnya pola aliran sugai, pola permukiman penduduk, dan pola jaringan jalan. Contohnya, dalam pola aliran sungai dikenal pola dendritik, sentrifungal, dan sentripetal, sedangkan pada pola permukiman penduduk dikenal pola linier, bergerombol, dan menyebar.
f. Bayangan
Bayangan yang berbentuk pada suatu objek sangat dipengaruhi oleh arah datangnya sinar Matahari. Apabila pemotretan dilakukan pada pagi hari, bayangan objek ada di sebelah barat. Apabila pemotretan dilakukan pada siang hari, bayangan objek tidak tampak. Apabila pemotretan dilakukan pada sore hari, bayangan objek ada di sebelah timur. Oleh karena itu, arah bayangan dapat digunakan untuk menentukan arah orientasi foto udara.
g. Situs
Situs adalah tempat kedudukan suatu objek terhadap objek lain di sekitarnya. Situs bukan merupakan ciri objek secara langsung, tetapi dalam kaitannya dengan lingkungan sekitar. Contohnya, daerah persawahan terdapat di dataran rendah, sedangkan permukiman penduduk biasanya memanjang mengikuti jalan, sungai, atau pantai.
h. Asosiasi
Asosiasi adalah hubungan antara suatu objek dan objek lain di sekitarnya. Karena adanya asosiasi itu, tampilan suatu objek pada citra sering merupakan petunjuk bagi adanya objek yang lain. Misalnya, perkampungan biasanya dekat dengan jalan dan lahan pekarangan yang ditumbuhi tanaman.
2. Teknik Interpretasi Citra
Teknik interpretasi citra adalah cara khusus untuk melaksanakan metode indraja secara ilmiah. Teknik interpretasi citra terdiri atas cara-cara interpretasi dengan mempertimbangakan kemudahan pelaksanaan interpretasi, akurasi hasil interpretasi, atau jumlah informasi yang diperoleh
Cara-cara interpretasi ilmiah tersebut terdiri atas data acuan, kunci interpretasi citra, penanganan data, pengamatan stereoskopis, metode pengkajian, dan penerapan konsep.
a. Data Acuan
Citra menyajikan gambaran lengakap yang mirip dengan wujud dan letak sebenarnya. Akan tetapi, masih diperlukan data lain untuk lebih meyakinkan hasil iterpretasi. Data lain ini disebut data acuan karena tidak diperoleh dari citra indraja. Data acuan dapat berupa keputusan, peta, hasil kerja lapangan, atau data-data lain yang sifatnya melengkapi data yang terdapat dalam citra. Oleh karena itu, data acuan berguna untuk membantu proses interpretasi, analisis, dan verifikasi hasilnya.
Meskipun citra menyajikan gambaran lengkap, pada umumnya masih perlu dilakukan kegiatan lapangan (observasi). Observasi tersebut dilakukan untuk menguji atau meyakinkan kebenaran hasil interpretasi citra yang telah dilakukan. Observasi atau uji medan (field check) perlu dilakukan terutama pada tempat-tempat yang hasil interpretasinya meragukan.
Hasil interpretasi citra yang memerlukan ujian medan antara lain dipengaruhi oleh faktor-faktor berikut ini.
1) Kualitas citra meliputi skala, sesolusi, dan informasi yang harus diinterpretasi.
2) Jenis interpretasi atau analisisnya
3) Tingkat ketelitian yang diharapkan
4) Pengalaman dan pengetahuan pengguna dalam melakukan interpretasi
5) Kondisi medan
6) Ketersediaan data acuan
b. Kunci Interpretasi
Kunci interpretasi citra pada umumnya berupa potongan citra yang telah diinterpretasi, diyakinkan kebenarannya, dan diberi keterangan. Keterangan itu meliputi jenis objek yang digambarkan, unsur interpretasi, serta keterangan tentang citra meliputi jenis, skala, waktu perekaman, dan lokasi.
c. Penanganan Data
Data yang tersimpan dalam citra perlu dijaga agar tidak menimbulkan goresan atau sampai terhapus. Oleh karena itu, perlu penanganan yang hati-hati terhadap setiap citra.
Cara sederhana untuk mengatur citra dengan baik antara lain sebagai berikut.
1) Menyusun citra tiap satuan perekaman atau pemotretan secara numerik
2) Menyusun tumpukan citra sesuai dengan urutan interpretasi yang akan dilaksanakan dan meletakkan penyekat di antaranya.
3) Menyusun tumpukan citra sehingga menunjukan jalur terbang membentang dari kiri ke kanan terhadap arah pengamat.
4) Meletakkan citra pembanding di sebelah citra yang akan diinterpretasi.
5) Pada saat citra dikaji, tumpukan menghadap ke bawah dalam urutannya.
d. Pengamatan Stereoskopis
Pengamatan stereoskopis adalah kegiatan menafsir citra dengan menggunakan alat bantu yang dinamakan stereoskop. Salah satu syarat dapat dilakukannya pengamatan stereoskopis adalah adanya daerah yang bertampalan. Pengamatan stereoskopis pada citra yang bertampalan menimbulkan gambaran tiga dimensi. Jenis yang umum untuk pengamatan stereoskopis adalah citra foto udara. Perwujudan tiga dimensi pada citra foto udara memungkinkan adanya pengukuran beda tingi dan kemiringan lereng sehingga dapat dimanfaatkan untuk pembuatan peta kontur.
e. Metode Pengkajian
Metode pengkajian adalah suatu cara yang bersistem dalam menelaah atau melakukan penyelidikan terhadap objek. Interpretasi citra pada umumnya mengikuti metode tertentu, yaitu dimulai dari pertimbangan yang bersifat umum ke objek khusus yang belum diketahui. Perwujudan umum dapat diartikan sebagai perwujudan regional, sedangkan perwujudan khusus dapat diartikan sebagai berwujudan local.
Secara umum ada dua metode pengkajian dalam interpretasi citra. Pertama, melakukan pengamatan ke seluruh wilayah disertai pengambilan data. Kedua, melakukan pengamatan ke seluruh wilayah, tetapi data yang diambil hanya pada tempat-tempat tertentu.
f. Penerapan Konsep
Cara perolehan dan analisis data indraja dikenal dengan konsep multi, yaitu multispektrum, multitingkat, multitemporal, multiarah, multipolarisasi, dan multidisiplin.
1) Multispektrum, yaitu interpretasi citra dan analisisnya dengan memanfaatkan banyaknya warna.
2) Multitingkat, yaitu adanya perbedaan ketinggian terbang atau orbit wahana pada saat melakukan indraja.
3) Multitemporal, yaitu data suatu objek yang tergambar dalam citra menggambarkan kondisi dan waktu perekaman yang berbeda-beda.
4) Multi arah, yaitu posisi sensor yang dapat diatur ke segala arah dapat meningkatkan kemampuan pengadaan data indraja, terutama di daerah tropika yang banyak tertutup awan.
5) Multipolarisasi, yaitu objek yang terekam oleh sensor mengikuti bidang horizontal atau vertical.
6) Multidisiplin, yaitu data yang terdapat dalam citra dapat dimanfaatkan untuk berbagai keikmuan.
E. Langkah-langkah untuk mendapatkan data indraja:
1. Deteksi
Mendeteksi objek yang terekam pada foto udara maupun foto satelit

2. 
Identifikasi
Mengidentifikasi objek berdasarkan :
a. ciri spektral (ciri yang dihasilkan oleh interaksi antara tenaga elektromagnetik dengan benda).
b. ciri spasial (ciri yang terkait dengan ruang misal bayangan, bentuk, asosiasi, pola, bentuk dan ukuran).
c. ciri temporal (ciri yang terkait dengan umur obyek dan waktu saat perekaman)

3. 
Pengenalan
Pengenalan objek dilakukan untuk mengklasifikasikan objek yang tampak pada citra berdasarkan pengetahuan tertentu.
4. Analisis
Analisis bertujuan untuk mengelompokkan objek yagn mempunyai cirri-ciri yang sama.
5. Deduksi
Deduksi merupakan pemrosesan citra berdasarkan objek yang terdapat pada citra kea rah yang lebih khusus.

6. 
Klasifikasi
Klasifikasi meliputi deskripsi dan pembatasan (delineasi) dari objek yang terdapat pada citra.
7. Idealisasi
Idealisasi merupakan penyajian hasil interpretasi citra ke dalam bentuk peta yang siap pakai.
F. Manfaat Indraja
Tujuan utama indraja adalah merekam objek untuk mengumpulkan data sumber daya alam dan lingkungan. Hingga saat ini indraja semakin banyak dimanfaatkan, antara lain karena alas an-alasan berikut ini.
  1. Citra menggambarkan objek dipermukaan bumi dengan wujud dan letak objek mirip yang sebenarnya, gambar relatif lengkap, liputan daerah yang luas, dan sifat gambar yang permanen.
  2. citra tertentu dapat memberi gambar tiga dimensi jika dilihat dengan menggunakan stereoskop. Gambar tiga dimensi itu sangat menguntungkan, antara lain karena menyajikan model objek (medan) yang jelas, relative lebih jelas, memungkinkan pengukuran beda tinggi, memungkinkan pengukuran lereng, dan memungkinkan pengukuran volume.
  3. citra dapat menggambarkan benda yang tidak tampak sehingga dimungkinkan pengenalan objeknya. Sebagai contoh adalah terjadinya kebocoran pipa bawah tanah.
  4. citra dapat dibuat secara cepat meskipun pada daerah yang sulit ditempuh melalui daratan, contohnya hutan, rawa, dan pegunungan.
  5. citra sebagai satu-satunya cara untuk pemetaan daerah bencana.

SIG (Sistem Informasi Geografi)

November 24, 2018

SIG (Sistem Informasi Geografi)

Image result for geographic information system


1. Pengertian SIG

Definisi SIG adalah suatu sistem yang bertugas mengumpulkan, mengelola, dan menyajikan data atau informasi yang berkaitan dengan geografi. Data tersebut memuat data atau fakta permukaan bumi secara lengkap, misalnya keadaan geologi, topografi, jenis tanah, hidrologi, iklim, dan budaya. Wujud data tersebut disajikan dalam bentuk peta sehingga sistem informasi geografi tidak terlepas dari peta sebagai basis data.

Menurut beberapa pakar, ada beberapa pengertian SIG.
  • SIG adalah sistem yang terdiri atas perangkat keras, perangkat lunak, dan data manusia organisasi dan lembaga yang digunakan untuk mengumpulkan, menyimpan, menganalisis, dan menyebarkan informasi-informasi mengenai daerah-daerah di permukaan bumi (Chrisman:97).
  • SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk mengumpulkan, memeriksa, mengintegrasi dan menganalisis informasi-informasi yang berhubungan dengan permukaan bumi (Demers:97).
  • SIG adalah teknologi informasi yang dapat menganalisis, menyimpan, dan menampilkan baik data spasial maupun nonspasial (Guo:20).
  • SIG adalah sistem komputer yang digunakan untuk memasukkan (capturing), menyimpan, memeriksa, mengintegrasikan, memanipulasi, menganalisis, dan menampilkan data-data yang berhubungan dengan posisi-posisi di permukaan bumi (Rice:20).

Dari pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa SIG adalah sistem berbasis komputer yang digunakan untuk menyimpan, memanipulasi, dan menganalisis informasi geografis.

Dengan SIG, seluruh data yang ada pada suatu wilayah dapat disimpan, dimanipulasi, dan dianalisis melalui komputer. Teknologi komputer mampu menangani berbagai informasi secara cepat dan akurat sehingga SIG yang berbasis teknologi komputer menjadi pilihan bagi banyak pengguna pada saat ini.


2. Pengelolaan SIG

Cara pengelolaan SIG sebagai suatu sistem pada prinsipnya terdiri atas tiga subsistem.

(a). Subsistem masukan (input subsystem), yaitu pengumpulan data objek material geografi yang mendukung dan dapat dimasukkan dalam topik geografi yang akan diinformasikan. Data tersebut diolah dan disajikan dalam bentuk peta, bagan, grafik, atau tabel. Input data SIG diperoleh dari peta, tabel, foto udara, citra satelit, dan hasil survei lapangan.

(b). Subsistem pengolahan dan penyimpanan data (processing and storage subsystem), yaitu penyimpanan data yang memungkinkan untuk dipanggil kembali secara tepat dan akurat. Adapun data yang diolah atau dikelola ada dua macam, yaitu,
1). Data keruangan atau data grafis atau data spasial,
2). Data deskriptif atau data atribut.

Pengumpulan data dan pengolahan data geografis dilakukan dengan dua cara yaitu
1). Pengindraan jauh berupa foto udara, citra radar, dan citra satelit.
2). Data teristis (pengukuran langsung di medan atau lapangan) yang tidak dapat dipantau dari jauh, misalnya, kepadatan penduduk dan batas wilayah administrasi.

(c). Subsistem penyajian (output subsystem), yaitu penyajian semua data atau sebagian data dalam bentuk tabel, peta file elektronik (digital), dan grafik.


Dari ketiga subsistem tersebut, pengelolaan data geografi merupakan pengelolaan data yang didasarkan pada kerja komputer. Proses komputerisasi data (input) harus berupa angka atribut (numerik). Oleh karena itu jenis data harus diubah menjadi data digital atau atribut dengan menggunakan komputer sesuai dengan prinsip SIG.

Contoh:
1). Data pengindraan jauh berupa foto udara dikonversi dalam bentuk digital.
2). Data satelit dalam bentuk digital secara langsung dapat digunakan.

Untuk mengubah data peta menjadi data SIG digital, dapat dilakukan dengan melalui dua proses, yaitu melalui proses digitasi garis atau grid raster (kotak-kotak) dan melalui scanning (penyapuan) dengan menggunakan alat yang disebut scanner.

Jika subsistem SIG tersebut diperjelas berdasarkan uraian jenis masukan, proses, dan jenis keluaran yang ada, maka subsistem SIG dapat digambarkan sebagai berikut.

Konsep Dasar SIG (Sistem Informasi Geografi), Lengkap!


3. Tahap Kerja SIG

Tahapan dalam SIG mencakup tiga hal, yaitu masukan (input), proses, dan keluaran (output).

Konsep Dasar SIG (Sistem Informasi Geografi), Lengkap!

Seluruh informasi atau data SIG pada suatu wilayah dapat disimpan, dimanipulasi, dan dianalisis secara serentak melalui komputer. Selain dengan proses komputerisasi, cara manual juga dapat dilakukan, tetapi memakan waktu lebih lama.

Tahap kerja SIG dapat dilakukan sebagai berikut:

a. Masukan (input)

Dalam kerja SIG, mula-mula dibutuhkan data awal atau data base, yaitu data yang dikumpukan selama survei dimasukkan dalam komputer, atau peta-peta yang telah ada dilarik secara optis dan dimasukkan ke dalam komputer. Secara garis besar, data dibedakan menjadi dua, yaitu data atribut dan data spasial.
  1. Data Atribut
    Data atribut adalah data yang ada pada keruangan atau lokasi. Atribut menjelaskan suatu informasi.
  2. Data Spasial atau Data Keruangan
    Data spasial adalah data yang menunjukkan ruang, lokasi atau tempat di permukaan bumi. Data spasial disajikan dalam dua bentuk atau model, yang pertama yaitu bentuk raster disajikan dalam bentuk bujur sangkar atau sistem grid, yang kedua bentuk vektor disajikan dalam bentuk sistem koordinat.
Dapat dijelaskan bahwa titik awal dan titik akhir poligon memiliki nilai koordinat yang sama atau poligon tertutup sempurna. Gambar tersebut merupakan gambar sistem koordinat raster terletak di sudut kiri atas. Nilai x akan meningkat ke kanan dan nilai y akan membesar ke bawah.

Dengan sistem koordinat seperti gambar di atas, semua kenampakan di muka bumi dapat dijelaskan. Semakin pendek jarak antartik pada sumbuh x, dan sumbu y, maka gambar yang berbentuk akan mendekati kenyataan sebenarnya.

b. Proses

Proses dalam SIG dapat berfungsi untuk memanggil, memanipulasi, dan menganalisis data yang tersimpan dalam komputer. Jenis analisis data sebagai berikut: analisis lebar, analisis penjumlahan aritmatika, dan analisis garis bidang.

c. Keluaran (output)

Data yang sudah dianalisis oleh SIG akan memberikan informasi pada pengguna data sehingga dapat dipakai sebagai dasar dalam pengambilan keputusan. Keluaran SIG dapat berupa peta cetakan (hard copy), rekaman (soft copy), dan tayangan (display).

Dengan SIG, setiap orang dapat membuat peta dan kemudian mengubah atau memodifikasinya dengan cepat kapan saja. Di samping itu, pengguna SIG juga dapat memproses ulang pembuatan peta dengan tingkat ketelitian tinggi kapan saja sebagai contoh dalam pembuatan peta Amerika Selatan berdasarkan berbagai informasi atau tema yang tersedia.


4. Komponen SIG

Dalam kerja SIG, diperlukan komponen-komponen SIG yang merupakan sistem kompleks yang biasanya terintegrasi dengan lingkungan sistem komputer yang lain di tingkat fungsional dan jaringan.

Berikut ini adalah komponen-komponen SIG:
  1. Perangkat keras (hardware), berupa suatu unit komputer terdiri atas CPU, VDU, disk drive, tape drive, digitzer, printer, dan plotter.
  2. Perangkat lunak (software), berupa modul-modul program misal Arc/info, Arc View, Map Info, R2V, dan sebagainya.
  3. Data dan informasi geografi, berupa data spasial (peta) foto udara, citra satelit dan data atribut seperti data penduduk, data industri, dan pertambangan.
  4. Manajemen berupa sumber daya manusia yang mempunyai keahlian mengolah SIG.

Dari uraian diatas secara keseluruhan, maka SIG tidak hanya diterapkan dalam bidang sumber daya alam, tetapi sekarang berkembang pada bidang perencanaan pembangunan.

Berkembangnya SIG yang menggunakan batuan teknologi komputer yang berupa perangkat keras maupun perangkat lunak dapat dimanfaatkan untuk membantu pemecahan masalah yang muncul dalam penanganan berbagai data.


5. Informasi Lewat Jaringan

Jika perlu, pada tahap berikutnya adalah mengaitkan basis data dengan jaringan (network) melalui internet agar dapat diakses oleh orang lain. Namun, perlu diingat bahwa tidak semua informasi dapat diakses dengan mudah. Hal ini ada kaitannya dengan biaya yang telah dikeluarkan dalam membuat SIG, sehingga informasi tersebut kadang-kadang harus dibeli atau dengan kompensasi lainnya.

Agar tampilan peta SIG yang kita buat berdasarkan tahapan di atas lebih menarik dan informatif, maka perlu ditamplikan dalam bentuk tiga dimensi.

Contohnya, untuk menganalisis daerah rawan longsor, maka tampilan peta tiga dimensi sangata dibutuhkan agar dapat dilihat bentuk morfologi suatu wilayah lebih jelas.

Memang, apabila kita kaji dari beberapa pengertian sebelumnya tentang SIG selalu identik dengan penggunaan komputer. Bagi kalian yang tidak memiliki fasilitas tersebut di sekolahnya, tidak perlu khawatir. Karena yang terpenting dari SIG adalah cara kerjanya yang meliputi pemasukan data, pengambilan dan penyimpanan data, analisis dan manipulasi data, dan pelaporan.

SIG berkepentingan dengan data ruang waktu dan sering tapi tidak selalu perlu, menggunakan komputer. Penggunaan komputer hanya untuk mempercepat analisis dan menyimpan data dalam jumlah banyak.

Secara sederhana dapat kamu lakukan melalui pengoperasian SIG secara konvensional. Karena pada dasarnya, SIG berawal dari pemetaan secara konvensional.

SIG yang dibuat secara konvensional berpegang pada teknik kartografis atau teknik pemetaan pada umumnya. Penyajian data spasial dilakukan dengan menggambar peta pada selembar kertas atau bidang datar dengan menggunakan peralatan kartografis, seperti rapido, lettering set, pensil, kertas kalkir, dan alat gambar lainnya. Lebih sederhana lagi apabila anda menggunakan plastik transparan sebagai bidang datarnya dan spidol berwarna.


Berikut langkah-langkah kegiatan SIG secara konvensional yang dapat kalian lakukan.

a. Langkah Persiapan

Pertama yang harus dilakukan adalah menentukan jenis peta yang akan dibuat. Peta yang telah ditentukan akan berhubungan dengan pencarian data yang diperlukan, peta tematik yang harus dikumpulkan, dan cara analisis yang akan dilakukan. Data-data yang diperlukan, dapat diperoleh dari berbagai instansi yang menyediakan data seperti Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Pertahanan Nasional (BPN), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas Tata Kota, dan lainnya. Selain itu pengumpulan data juga dapat dilakukan melalui survey ke lapangan dan pilot pada peta yang kalian miliki.

b. Langkah Pembuatan Peta

Apabila semua jenis data dan beberapa peta kamu butuhkan sudah terkumpul, selanjutnya siap untuk membuat peta. Langkah-langkah yang harus diperhatikan adalah sebagai berikut:
  1. Sediakan alat gambar (plastik transparan, spidol berwarna untuk plastik transparan, minyak tanah, untuk menghapus apabila terdapat kesalahan dalam menggoreskan spidol, dan meja gambar).
  2. Siapkan peta, tentunya peta yang akan digunakan dan dibuat harus disamakan skalanya. Dengan demikian, peta yang telah dibuat dapat ditumpangsusunkan (overlay). Kemudian tempatkan peta diatas meja gambar!
  3. Ambil plastik transparan dan tempatkan di atas peta tadi. Agar kedudukan plastik tidak berubah (bergeser), maka gunakanlah selotipe atau doubletip untuk menempelkannya.
  4. Gunakan spidol transparan untuk mulai menggambar ulang (menjiplak) pada plastik.Warnailah objek yang digambar sesuai dengan peta yang dijiplak, seperti warna merah untuk jalan, warna hitam untuk batas administrasi, warna biru untuk wilayah perairan, dan warna hijau untuk batas vegetasi.
  5. Buatlah garis tepi pada plastik transparan untuk menandai batas wilayah yang digambar.
  6. Ulangi langkah tersebut untuk membuat peta tematik lain yang kamu perlukan.

c. Langkah Analisis

Jika peta gabungan telah selesai dibuat, maka tahap berikutnya ialah menganalisisnya. Pada tahap ini, peta-peta tematik yang telah kamu buat ditumpangsusunkan di atas meja gambar. Bagian paling atas ialah plastik transparan untuk menggambar ulang semua peta yang ditumpangsusunkan tadi. Penggabungan peta dapat dilakukan secara langsung. 

Jika menemui kesulitan, bisa menggantikannya dengan menggunakan kertas kalkir yang seukuran dengan plastik tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peta gabungan tadi lebih rapi.

Gunakan rapido berbagai ukuran dan lettering set untuk menggambarkan dan menulis keterangan peta pada kertas kalkir tadi. Gambar ulang semua objek yang ada pada peta komposit dan buatlah legenda peta beserta atributnya.